Skip to main content

Whiplash Injury

Sumber : kompasiana

Cedera lecutan (whiplash injury) adalah istilah awam untuk nyeri leher setelah terjadi cedera pada jaringan lunak leher (terutama pada otot dan persendian leher). Cedera ini terjadi karena paksaan pergerakan pada leher yang melampaui batas. Cedera lecutan dikenal sebagai keseleo leher atau tegang otot leher atau cedera hiperekstensi.

Cedera lecutan dapat terjadi pada:

  1. Kecelakaan kendaraan bermotor (terutama kecelakaan mobil)
  2. Cedera pada olahraga
  3. Kepala tertimpa benda yang jatuh
  4. Cedera fisik (misalnya mengguncang-guncangkan tubuh bayi)
  5. Ketegangan kronis pada otot leher (misalnya menjepit telepon dengan leher)

Gejala cedera lecutan dapat terjadi segera atau beberapa jam setelah terjadinya cedera. Makin cepat terjadinya gejala maka makin berat kemungkinan cederanya.

Mekanisme Cedera Lecutan pada Leher

Gejala cedera lecutan antara lain:

  1. Sakit leher
  2. Bengkak pada leher
  3. Nyeri sepanjang punggung
  4. Tegang otot di sisi atau belakang leher
  5. Susah menggerakkan leher

Segera hubungi bantuan kedaruratan medis, jika terjadi:

  1. Sakit leher berat
  2. Nyeri yang timbul beberapa hari setelah sebelumnya sempat membaik
  3. Nyeri di satu atau kedua lengan
  4. Tidak dapat menggerakkan kepala
  5. Nyeri bahu
  6. Sakit kepala
  7. Sempoyongan
  8. Penglihatan berkunang-kunang
  9. Rewel (pada anak-anak)
  10. Lumpuh, kesemutan ,atau baal pada lengan/kaki

Alat Fiksasi Leher

Pertahankan posisi leher agar tidak bergerak sebelum paramedis datang untuk memasang alat fiksasi leher.

Setibanya di ruang gawat darurat rumah sakit, biasanya dilakukan pemeriksaan Rontgen sebelum dipastikan untuk melepaskan alat fiksasi leher. Tujuan pemeriksaan Rontgen ini adalah untuk memastikan tidak adanya patah tulang leher.

Dokter juga akan memeriksa adanya luka, kekuatan otot lengan dan tungkai, kemampuan menerima rangsangan pada kulit, refleks lengan dan tungkai, serta gangguan / nyeri pergerakan leher. Jika perlu, pasien dirujuk ke dokter spesialis rehabilitasi medis.

Perawatan medis biasanya meliputi pijatan pada leher, tirah baring, fiksasi leher, terapi suhu dingin, terapi suhu panas, obat pereda nyeri, obat penenang otot, latihan pergerakan leher yang dikombinasi dengan terapi suhu panas setelah 3×24, pembatasan pergerakan leher di minggu pertama, serta latihan pergerakan leher secara bertahap pada minggu berikutnya.

Mekanisme Cedera Lecutan pada Otak

Sebagian besar pasien pulih sempurna dalam waktu 6 minggu, walau ada juga yang mengidap gejala sisa setelah 1-2 tahun. Biasanya cedera akan lebih berat jika terjadi pergerakan kepala yang hebat saat kecelakaan. Makin cepat timbulnya gejala setelah kecelakaan, juga meningkatkan risiko cedera yang lebih berat.

Perawatan sendiri di rumah, dapat dilakukan untuk meredakan nyeri dan mengurangi radang pada jaringan lunak leher. Tentunya ini dilakukan jika tidak ada gejala kedaruratan seperti yang sudah dituliskan di atas.

Perawatan sendiri di rumah dapat dilakukan dengan:

  1. Kompres leher dengan es selama 20 menit/jam pada 24 jam pertama. Jangan tempelkan es langsung pada kulit, tetapi alasi dengan kain/alat kompres.
  2. Minum obat pereda nyeri (hati-hati pada lambung yang sensitif).

Cedera lecutan dapat dicegah dengan cara:

  1. Saat mengemudi, pakailah sabuk pengaman dan sesuaikan tinggi tatakan kepala pada jok. Bagian tengah dari tatakan kepala, harus setinggi ujung atas telinga. Walau sabuk pengaman tidak mengurangi risiko terjadinya cedera leher, tetapi dapat mengurangi risiko kematian/cedera berat.
  2. Pilihlah kendaraan yang memiliki kantung udara (airbag).
  3. Jangan pernah mengguncang-guncangkan tubuh anak bayi.

Kepustakaan:

  1. “Update Quebec Task Force Guidelines for the Management of Whiplash-Associated Disorders”(pdf).2001-01-01. Retrieved 2007-09-18.
  2. Ropper AH, et al. Craniocerebral trauma. In: Ropper AH, et al. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 9th ed. New York, N.Y.: McGraw-Hill Companies; 2009.

Comments

Popular posts from this blog

WRIST JOINT

Wrist adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Pada dasarnya sendi wrist mempunyai dua derajat kebebasan yaitu parmal-dorsal fleksi serta radial dan ulnar deviasi. Pergelangan tangan, tangan dan jari-jari tangan tersusun dalam kesatuan fungsi yang kompleks. Tangan mempunyai kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan halus (hine movement) yang terkoordinir dan otomatis. Banyak orang yang menggantungkan produktivitas pada kemampuan fungsi tangan yang tiada batasnya. Dalam melakukan aktivitas ditunjang oleh stabilitas dan gerakan dasar dari bahu dan siku. Untuk melakukan gerakan sendi ini juga diperlukan antara lain otot- otot yang membantu menggerakkan pergelangan tangan dan jari-jari, ligament-ligament yang ada di sekitar sendi yang merupakan penghubung kedua buah tulang atau lebih sehingga tulang menjadi kuat untuk melaku kan sebuah gerakan , dan yang terakhir adalah persyarafan yang berperan me nggerakkan otot-otot pada pergelangan tangan sehingga dapat menghasilka

Anatomi Otot-Otot Pengunyah

SUMBER : infofisioterapi.com Perjalanan M. masseter dari arcus zygomaticus ka angulus mandibulae dapat dipalpasi dengan mudah melalui kulit. Pada saat merapatkan gigi, M. temporalis dapat diraba di fossa temporalis. M. Pterygoideus medialis berinsertio pada permukaan dalam angulus mandibulae. M. pterygoideus lateralis berjalan kea rah dalam dari articulatio temporomandibularis. 1. Otot : M. Temporalis Nervus : Nn. Temporales profundi (N. mandibularis (V/3) Origo : Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis Insertio : Apex dan permukaan medial proc. Coronoideuss mandibulae Fungsi : Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula 2. Otot : M. masseter Nervus : N. massetericus (N. mandibularis (V/3) Origo : - Pars superficialis: 2/3 anterior margo inferior arcus zygomaticus - Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam arcus zygomaticus Insertio : - Pars superficialis : angulus mandibulae, tuberositas masseterica - Pars profu

Plastisitas Otak

TEORI PLASTISIT AS Sampai saat ini pemahaman terhadap struktur dan fungsi otak masih banyak yang berdasarkan pada model hierarki, dimana tiap-tiap bagian otak memiliki struktur tertentu dan memiliki fungsi tertentu pula (Held in Cohen, 1993). Pemahaman terhadap model ini tidaklah salah, tetapi dapat menyebabkan pemahaman terhadap struktur dan fungsi otak menjadi kaku. Seperti adanya pendapat bahwa kerusakan pada otak tidak akan pernah sembuh kembali, sehingga bagian otak yang rusak tersebut akan kehilangan fungsinya secara permanen Seharusnyalah dipahami juga bahwa struktur dan fungsi otak adalah fleksibel terkait dengan berbagai sistem tubuh dan lingkungan. Adalah benar sel-sel otak yang mengalami kematian tidak bisa sembuh kembali, tetapi masih ada kemungkinan ruang dan waktu bahwa fungsi otak yang hilang akibat kerusakan tersebut diambil alih oleh bagian otak yang lain dengan cara atau mekanisme plastisitas yang sampai sekarang masih menjadi misteri, walaupun sedikit