Skip to main content

Fisioterapi pada Fasciitis Plantaris

Suatu studi kasus oleh Slamet Parjoto, SST. Ft

sumber : fisiosby.com


Seorang perawat wanita berusia 53 tahun dirujuk ke unit PT dengan diagnosa FP .
Pada kunjungan pertama pasien sudah mengalami nyeri kurang lebih 2 tahun , dimana nyeri hilang timbul . Ketika pertama kali pasien mengeluh nyeri ybs memperleh injeksi kortison dan obat-obat anti inflamasi . Nyeri berkurang 90% dan tidak menimbulkan gangguan sewaktu menumpu beraktivitas dengan menumpu berat badan ( weight bearing ) keadaan ini berlangsung sampai dengan 6 bulan kedepan . Setelah 6 bulan pasca injeksi kortison pasien mengalami nyeri lagi sampai dua kali ulangan dan ybs mendapatkan lagi terapi kortison dan obat-obat anti inflamasi lagi . Pada injeksi kortison yang ke tiga keluhan nyeri tidak berkurang sehingga pasien di rujuk ke unit Fisioterapi .
Pada kunjungan pertama pasien menyatakan nyeri terakhir dirasakan kurang lebih 6 minggu sebelum dirujuk ke unit PT . Dia menyatakan bahwa sebelum nyeri timbul dia melakukan aktivitas jogging 5 kali seminggu , selain itu ybs juga harus bekerja dbel waktu karena menggantikan teman .
Nyeri terutama dirasakan pada tumit kanan yang terjadi saat pertama kali dia menapakan kakinya kelantai sehabis bangun tidur atau ketika mau berjalan setelah duduk lebih dari setengah jam . Saat ini pasien tak lagi mampu jogging dan merasakan nyeri yang terus menerus selama berdiri atau seawaktu melaksanakan pekerjaannya . VAS 7/10 Radiografi tidak menunjukan adanya fraktur maupun spur . Seminggu sebelum dirujuk pasien mulai mengknsumsi obat anti-inflamasi .



PEMERIKSAAN FISIK OLEH FISIOTERAPI

1.Palpasi
2.Gait
3.Fleksibilitas relatif
4.LGS dan kekuatan otot
5.Sepatu yang digunakan .

1.Penekanan pada tumit tidak menimbulkan nyeri yang berarti , tetapi nyeri terutama dirasakan pada daerah medial anterior dari tuberkulum kalkanei . Rasa tak nyaman meninggi saat penekanan pada lengkung fascia plantar disertai dengan ekstensi pasif jari-jari kaki . Tak dijumpai adanya peninggian suhu lokal atau pembengkakan

2.Pola jalan terlihat adanya pronasi subtalar yang berlebihan sewaktu menumpu berat badan yaitu akhir dari midstance . Fleksi dorsal pada pergelangan kaki kanan juga mengalami keterbatasan saat midstance sampai terminal stance . Gerak pada lutut , penggul dan pelvis simetris antara tungkai kanan dan kiri

3.Pemeriksaan fleksibilitas menunjukan adanya gangguan pada kelompok fleksor plantar yang dibuktikan terjadinya sedikit fleksi lutut sewaktu berdiri . Ketika pasien diminta untuk mempertahankan tumit dilantai dan lutut ditekuk terjadi pronasi yang berlebihan pada midfoot kanan .

PROGRAM FISIOTERAPI

1.Untuk mengurangi nyeri pasien diminta untuk menggunakan es dan istirahat . Pemberian massage es terutama diberikan menjelang tidur . Latihan fleksibilitas juga harus dilakukan oleh pasien .

2.Di unit PT , phonoporesis , straping dan ortose temporer .

EVALUASI

Pasien mengalami penurunan nyeri dari 10 /10 menjadi 5/10 sewaktu kunjungan yang kedua . Nyeri dirasakan pagi hari dan memberat lagi diwaktu senja /sore . Terapi tetap sama dengan hari I ditambah dengan menggunakan ostose berupa medial heel dan wedge pada forefoot yang bertujuan mengurangi pronasi. Saat kunjungan ke 3 kondisi pasien menunjukan stadium sub akut hal ini ditunjukan dengan keluhan nyeri yang hanya terjadi saat penguluran fascia plantar mencapai range maksimal . Pendekatan PT harus dilakukan lebih agresif yaitu berupa latihan daya tahan dengan menggunakan sepeda statis guna mengganti program lari . Pasien diminta untuk memperbaiki pola jalannya . Pasien juda diminta untuk memperkuat otot-otot intrinsik dan supinator . Pada kunjungan ke empat keluhan nyerinya 3/10 . 17 hari sesudah keunjungannya yang pertama pasien berkunjung lagi ke unit PT , dan pada kunjungan ke 5 nya nyeri tinggal 1/10 terutama terjadi pada pagi hari dan sore . Ortose permanen dianjurkan kepada pasien ybs . 2 minggu kemudian pasien datang lagi tanpa keluhan nyeri . 1 bulan berikutnya lewat telpon diketahui bahwa pasien tidak lagi mengalami nyeri ketika sedang bekerja dan dia sudah bisa berolahraga lari 20 mil per minggu .

Comments

Popular posts from this blog

WRIST JOINT

Wrist adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Pada dasarnya sendi wrist mempunyai dua derajat kebebasan yaitu parmal-dorsal fleksi serta radial dan ulnar deviasi. Pergelangan tangan, tangan dan jari-jari tangan tersusun dalam kesatuan fungsi yang kompleks. Tangan mempunyai kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan halus (hine movement) yang terkoordinir dan otomatis. Banyak orang yang menggantungkan produktivitas pada kemampuan fungsi tangan yang tiada batasnya. Dalam melakukan aktivitas ditunjang oleh stabilitas dan gerakan dasar dari bahu dan siku. Untuk melakukan gerakan sendi ini juga diperlukan antara lain otot- otot yang membantu menggerakkan pergelangan tangan dan jari-jari, ligament-ligament yang ada di sekitar sendi yang merupakan penghubung kedua buah tulang atau lebih sehingga tulang menjadi kuat untuk melaku kan sebuah gerakan , dan yang terakhir adalah persyarafan yang berperan me nggerakkan otot-otot pada pergelangan tangan sehingga dapat menghasilka

Anatomi Otot-Otot Pengunyah

SUMBER : infofisioterapi.com Perjalanan M. masseter dari arcus zygomaticus ka angulus mandibulae dapat dipalpasi dengan mudah melalui kulit. Pada saat merapatkan gigi, M. temporalis dapat diraba di fossa temporalis. M. Pterygoideus medialis berinsertio pada permukaan dalam angulus mandibulae. M. pterygoideus lateralis berjalan kea rah dalam dari articulatio temporomandibularis. 1. Otot : M. Temporalis Nervus : Nn. Temporales profundi (N. mandibularis (V/3) Origo : Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis Insertio : Apex dan permukaan medial proc. Coronoideuss mandibulae Fungsi : Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula 2. Otot : M. masseter Nervus : N. massetericus (N. mandibularis (V/3) Origo : - Pars superficialis: 2/3 anterior margo inferior arcus zygomaticus - Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam arcus zygomaticus Insertio : - Pars superficialis : angulus mandibulae, tuberositas masseterica - Pars profu

Plastisitas Otak

TEORI PLASTISIT AS Sampai saat ini pemahaman terhadap struktur dan fungsi otak masih banyak yang berdasarkan pada model hierarki, dimana tiap-tiap bagian otak memiliki struktur tertentu dan memiliki fungsi tertentu pula (Held in Cohen, 1993). Pemahaman terhadap model ini tidaklah salah, tetapi dapat menyebabkan pemahaman terhadap struktur dan fungsi otak menjadi kaku. Seperti adanya pendapat bahwa kerusakan pada otak tidak akan pernah sembuh kembali, sehingga bagian otak yang rusak tersebut akan kehilangan fungsinya secara permanen Seharusnyalah dipahami juga bahwa struktur dan fungsi otak adalah fleksibel terkait dengan berbagai sistem tubuh dan lingkungan. Adalah benar sel-sel otak yang mengalami kematian tidak bisa sembuh kembali, tetapi masih ada kemungkinan ruang dan waktu bahwa fungsi otak yang hilang akibat kerusakan tersebut diambil alih oleh bagian otak yang lain dengan cara atau mekanisme plastisitas yang sampai sekarang masih menjadi misteri, walaupun sedikit