Skip to main content

Traksi Oscilasi Shoulder

SUMBER : ZX.wordpress.com


Traksi osilasi Sendi Bahu

a) Definisi Traksi osilasi

Traksi merupakan salah satu komponen arthrokinematik dari sendi glenohumeral. Traksi adalah gerak satu permukaan sendi tegak lurus terhadap permukaan sendi pasangannya kearah menjauh, dalam hal ini traksi sendi glenohumeral adalah traksi kearah lateral serong keventro cranial. Pada saat traksi terjadi pelepasan abnormal crosslink pada sendi dan terjadi pengurangan viskositas cairan sendi glenohumeral. Gerakan aktif pada lingkup gerak sendi mempunyai efek antara lain untuk memelihara elastisitas dan kontraksi otot, memberikan efek sensasi balik dari kontraksi otot, memberikan stimulus pada ulang dan sendi, meningkatkan sirkulasi darah, melepaskan perlekatan intraseluler kapsuloligamenter sendi glenohumeral.

Menurut Maitland, oscilasi adalah bentuk gerakan pasif pada sendi dengan amplitude yang kecil atau besar yang diaplikasikan pada semua ROM yang ada dan dapat dilakukan ketika permukaan sendi dalam keadaan distraksi dan kompresi.

Efek-efek dari traksi shoulder adalah sebagai berikut :

1) Efek fisik

Pemberian traksi shoulder dapat merangsang aktivitas biologis didalam sendi melalui gerakan cairan sinovial. Gerakan cairan sinovial dapat meningkatkan proses pertukaran nutrisi kepermukaan kartilago sendi dan fibrokartilago, sehingga cairan sinovial meningkat.

2) Efek neurologis

Traksi dapat merangsang receptor sendi yaitu mekanoseptor yang dapat menginhibisi pengiriman stimulus nociceptif pada medulla spinalis melalui modulasi level spinal.

3) Efek stretching

Traksi dapat meregang atau mengulur kapsul ligament tanpa nyeri melalui pelepasan abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga terjadi perbaikan lingkup gerak sendi sampai mencapai tahap fungsional dari sendi dan dapat memelihara ekstensibilitas dan kekuatan tegangan dari sendi dan jaringan periartikular.

4) Efek arthrokinematik

Traksi dapat meregangkan dan mengarahkan gerak fisiologis.

5) Efek mekanik

Distraksi dengan amplitude kecil pada sendi akan menyebabkan terjadinya pergerakan cairan sinovium yang akan membawa nutrisi pada bagian yang bersifat avaskular dari kartilago sendi dan fibrokartilago, menurunkan nyeri dan efek degenerasi statis saat nyeri dan tidak dapat melakukan gerakan dalam lingkup gerak sendi tertentu.

b) Prinsip Teknik Traksi Shoulder

Mekanisme teknik pelaksanaan antar lain:

1) Posisi tangan

Tangan yang akan melakukan mobilisasi hendaknya ditempatkan sedekat mungkin dengan permukaan sendi. Tangan yang berfungsi sebagi stabilisator menahan gerakan tangan yang memobilisasi dengan arah berlawanan atau melalui pencegahn gerakan yang terjadi disekitar sendi.

2) Arah gerakan

Arah gerakan harus bebas dari adanya nyeri sampai batas tahanan kapsular. Tahanan yang dimaksud mengarah kepad keterbatasan kapsul sendi. Gerakan sampai arah keterbatasan adalah suatu upaya untuk melakukan sesatu perubahan mekanik dalam kapsul sendi dan jaringan yang ada disekitarnya. Perubahan mekanik yang dimaksud berupa pelepasan jaringan yang mengalami perlengketan.

Arah gerakan yng diberikan tidak boleh melampaui batas normal gerak sendi. Saat mengaplikasikan teknik gerak traksi, fisioterapis harus megetahui gerakan- gerakan sendi serta bentuk sendi yang bersangkutan.

3) Proper Body Mechanic

Terapis harus menggunakan prinsip-prinsip ergonomic dan berdiri atau memposisikan diri sedekat mungkin dengan pasien, tangan dan lengan terpis bertindak sebagai fulcrum dan levers serta posisi terapis harus mengikuti gerakan tersebut secara efisien.

c) Dosis dan Derajat Traksi Shoulder

1) Derajat traksi

Derajat I: Osilasi pada MLPP, untuk mengurangi nyeri. Selalu digunakan pada saat melakuakn glide mobilisasi.

Derajat II: Staccato pada mid range, untuk mengurangi nyeri.

Derajat III: Staccato mencapai pembatasan LGS, untuk menambah mobilisasi sendi (traksi mobilisasi) dan untuk tes joint play movement (traction test).

Derajat IV : Osilasi pada pembatasan LGS, yang berfungsi untuk menambah LGS dan joint play movement merasakan end feel.

2) Dosis dan Kegunaan Traksi

a. Derajat I atau II

Sendi yang terasa nyeri pertama-tama harus diterapi dengan traksi. Biasanya digunakan derajat I atau II dengan interval 10 detik. Traksi dilakukan pelan-pelan kemudian secara perlahan traksi dilepaskan sehingga sendi kembali keposisi awal. Setelah sendi istirahat beberapa detik, prosedur diatas diulangi kembali. Amplitudo, durasi dan frekuensi gerakan sendi sangat bervariasi tergantung pada respon pasien terhadap terapi tersebut. Derajat I dan II berfungsi untuk menginhibisi nyeri dan mengatasi keterbatasan gerak.

b. Derajat III dan IV

Traksi-mobilisasi derajat III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi karena dapat meregangkan jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksi mobilisasi dipertahankan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesauai dengan toleransi pasien. Pada saat sendi istirahat traksi tidak perlu dilepaskan total ke posisi awal tetapi cukup diturunkan ke derajat II kemudian lakukan traksi derajat III lagi. Prosedur tersebut dilakukan berulang-ulang. Derajat III berfungsi untuk meningkatkan LGS dan relaksasi otot jika dilakukan dengan osilasi dan kecepatan rendah. Derajat IV lebih efektif untuk menambah lingkup gerak sendi

d) Indikasi Traksi

1) Nyeri dan Spasme Otot

Nyeri dan spasme otot dapat ditangani dengan teknik gentle joint play untuk menstimulasi efek neurologis yang dapat menstimuli mekanoseptor dan inhibisi transmisi nociceptor pada level spinal atau brain stem.

2) Hipomobilitas yang Reversibel

Jaringan yang mengalami immobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan regangan sehingga terjadi pemendekan dan myofibril menjadi berkurang dan membentuk abnormal crosslink. Teknik osilasi dapat memperbaiki secara mekanik struktur jaringan yang mengalami pemendekan, dan teknik progresif stretching sendi untuk mengulur hipomobilitas kapsular dan ligamen.

a) Keterbatasan Gerak yang Progresif

Penyakit yang membatasi gerak secara progerasif dapat ditangani dengan teknik mobilisasi sendi untuk menjaga dan memelihara gerak yang ada.

2) Imobilisasi yang Fungsional

Ketika pasien tidak dapat melakukan gerakn pada satu sendi untuk beberapa waktu maka dapat diberikan traksi tanpa stretch untuk memelihara gerak sendi yang ada dan efek restriksi pada imobilisasi.

e) Kontraindikasi Traksi

1) Hipermobilitas

Hipermobilitas pada sendi tidak boleh diberikan teknik ini kecuali dengan pertimbangan bahwa fisioterapis dapat menjaga dalam batasan gerak yang normal pada sendi tersebut. Selain itu tidak boleh diaplikasikan pada pasien yang mempunyai potensial nekrose pada ligament dan kapsul sendi.

2) Efusi Sendi

Efusi sendi tidak boleh dilakukan mobilisasi. Hal ini dikarenakan pada kapsul yang ditraksi akan mengalami penggelembungan karena menampung cairan dari luar. Keterbatasan ini berasal dari perubahan yang terjadi dari laur dsan respon otot terhadap nyeri bukan karena pemendekan otot.

3) Inflamasi

Pada tahap ini tidak boleh dilakukan traksi karena menimbulkan nyeri serta memperberat kerusakan pada jaringan.

4) Fraktur humeri dan osteoporosis

f) Prosedur Pelaksanaan Teknik Traksi Shoulder

1) Pasien tidur telentang dan dalam keadaan rileks.

2) Posisi awal sendi bahu pada posisi MLPP (bonnet position/ abduksi, internal rotasi 30°) lakukan traksi derajat I kearah lateral serong keventro kranial dengan frekuensi osilasi 3x/detik dan repetisi 50 kali

3) Fisioterapis memposisikan sendi bahu pada posisi keterbatasan abduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi, kemudian lakukan traksi derajat IV pada pembatasan ROM ke arah lateral serong ventro kranial dengan frekuensi dan repetisi sama dengan no 2). Setelah dilakukan derajat IV kembali dilakukan derajat I dengan posisi MLPP.

Comments

Popular posts from this blog

WRIST JOINT

Wrist adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Pada dasarnya sendi wrist mempunyai dua derajat kebebasan yaitu parmal-dorsal fleksi serta radial dan ulnar deviasi. Pergelangan tangan, tangan dan jari-jari tangan tersusun dalam kesatuan fungsi yang kompleks. Tangan mempunyai kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan halus (hine movement) yang terkoordinir dan otomatis. Banyak orang yang menggantungkan produktivitas pada kemampuan fungsi tangan yang tiada batasnya. Dalam melakukan aktivitas ditunjang oleh stabilitas dan gerakan dasar dari bahu dan siku. Untuk melakukan gerakan sendi ini juga diperlukan antara lain otot- otot yang membantu menggerakkan pergelangan tangan dan jari-jari, ligament-ligament yang ada di sekitar sendi yang merupakan penghubung kedua buah tulang atau lebih sehingga tulang menjadi kuat untuk melaku kan sebuah gerakan , dan yang terakhir adalah persyarafan yang berperan me nggerakkan otot-otot pada pergelangan tangan sehingga dapat menghasilka

Anatomi Otot-Otot Pengunyah

SUMBER : infofisioterapi.com Perjalanan M. masseter dari arcus zygomaticus ka angulus mandibulae dapat dipalpasi dengan mudah melalui kulit. Pada saat merapatkan gigi, M. temporalis dapat diraba di fossa temporalis. M. Pterygoideus medialis berinsertio pada permukaan dalam angulus mandibulae. M. pterygoideus lateralis berjalan kea rah dalam dari articulatio temporomandibularis. 1. Otot : M. Temporalis Nervus : Nn. Temporales profundi (N. mandibularis (V/3) Origo : Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis Insertio : Apex dan permukaan medial proc. Coronoideuss mandibulae Fungsi : Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula 2. Otot : M. masseter Nervus : N. massetericus (N. mandibularis (V/3) Origo : - Pars superficialis: 2/3 anterior margo inferior arcus zygomaticus - Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam arcus zygomaticus Insertio : - Pars superficialis : angulus mandibulae, tuberositas masseterica - Pars profu

Plastisitas Otak

TEORI PLASTISIT AS Sampai saat ini pemahaman terhadap struktur dan fungsi otak masih banyak yang berdasarkan pada model hierarki, dimana tiap-tiap bagian otak memiliki struktur tertentu dan memiliki fungsi tertentu pula (Held in Cohen, 1993). Pemahaman terhadap model ini tidaklah salah, tetapi dapat menyebabkan pemahaman terhadap struktur dan fungsi otak menjadi kaku. Seperti adanya pendapat bahwa kerusakan pada otak tidak akan pernah sembuh kembali, sehingga bagian otak yang rusak tersebut akan kehilangan fungsinya secara permanen Seharusnyalah dipahami juga bahwa struktur dan fungsi otak adalah fleksibel terkait dengan berbagai sistem tubuh dan lingkungan. Adalah benar sel-sel otak yang mengalami kematian tidak bisa sembuh kembali, tetapi masih ada kemungkinan ruang dan waktu bahwa fungsi otak yang hilang akibat kerusakan tersebut diambil alih oleh bagian otak yang lain dengan cara atau mekanisme plastisitas yang sampai sekarang masih menjadi misteri, walaupun sedikit