Skip to main content

Ultrasound therapy

Fisioterapi memiliki tanggung jawab di dalam kesehatan gerak fungsional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan di pergunakan berbagai metodologi intervensi fisioterapi, termasuk penggunaan stesor-stesor fisis didalam rangkaian modalitas fisioterapi. Modalitas fisioterapi memiliki berbagai macam atau jenis, yang salah satunya ialah ultra sonik.

Gelombang ultra sonik yang merupakan gelombang suara yang di peroleh dari getaran yang memiliki frekwensi 0,1 hingga 5 MHz. Gelombang ini dapat di kelompokkan menurut fungsinya dengan frekwensi dan intensitas masing-masing (Lehmaun 1990)

Untuk diagnostik

frekwensi

intensitas

echocardiography

5 M Hz

3,4 mW/cm²

echophalography

5 M Hz

3,4 mW/cm²

doppler blood flow

5 s.d 10 M Hz

203 m/W/cm²

obstretical doopler

2,25 M Hz

6,3 m/W/cm²

untuk surgical / bedah

gallostone ablation

0,01 M Hz

20 s.d 100 W/cm²

untuk terapetik

physical medicine & rehabilitation

0,75 s.d 3 M Hz

0.1 s.d 5 W/cm²

a. Generator Ultra Sonik

Pesawat ultra sonik merupakan suatu generator yang menghasilkan arus bolak balik berfrekwensi tinggi (high frequency alternating current) yang mencapai 0,75 s.d 3 MHz. Arus ini berjalan menembus kabel koaksial pada transducer yang kemudian di konversikan menjadi vibrasi oleh adanya efek piezoelektrik.

Efek piezoelektrik ini pertama kali diperkenalkan oleh Pierre dan Jacques Curie (1880), yang di peroleh dari vibrasi kristal quartz atau dari produk sintetis kristal keramik berupa barium titanate maupun lead zirconate titanate.

Kristal ini dibentuk dengan ketebalan 2-3 mm melingkar sesuai dengan axis elektrik, kemudian dieratkan pada bagian dalam permukaan tranducer. Saat di aliri arus atau beda potensial, kristal ini akan mengalami vibrasi baik secara kompresi maupun ekspansi dengan frekwensi sama dengan sinyal elektrik yang datang. Umumnya frekwensi yang di hasilkan oleh generator adalah 1 dan 3 MHz.

b. Penyebaran efek ultra sonik dalam jaringan

Efek penyebaran ultra sonik dalam jaringan bergantung pada:

1) Kedalaman penetrasi

Kedalaman penetrasi tergantung pada absorpsi dan penyebaran pancaran ultra sonik selama dalam jaringan.

2). Absorpsi (absorpation)

Merupakan penerimaan panas yang di konversikan dari energi akustik

oleh adanya penyebaran ultra sonik dalam jaringan. Menurut Michloyitz, 1990 absopsi ultra sonik berkaitan dengan kandungan protein dalam jaringan.

Tissue type

Attenuation

Protein content

bone

96% per cm

20-25%

cartilago

68% per cm

tendon

59% per cm

skin

39% per cm

blood vessel

32% per cm

15-20%

muscle

24% per cm

10-15%

fat

13% per cm

blood

3% per cm

Beberapa jaringan yang dapat di berikan ultra sonik :

Superficial bone peripheal nerves

Joint capsules myofacial interface

Tendon cells membranes

Scar tissue

Ultra sonik frekwensi tinggi (3 MHz) akan lebih mudah di absorpsi dari pada yang berfrekwensi rendah (1 MHz), (wadsworth, chanmugam, 1988)

3). Penyebaran (scattering)

Merupakan penyebaran secara refleksi maupun refraksi ultra sonik dari permukaan tak beraturan atau inhomogenitas kedalam jaringan.

c. Frekwensi

Frekwensi ultra sonik merupakan jumlah iscilasi gelombang suara yang dicapai dalam waktu satu detik yang dinyatakan dengan megahertz (MHz). Umumnya frekwensi yang di pergunakan dalam terapi ultra sonik adalah 1 dan 3 MHz

d. Intensitas

Merupakan rata-rata energi yang dipancarkan tiap unit area, dan dinyatakan dalam watt per sentimeter persegi (W/cm²). sedangkan power ialah total output dari tranducer yang dinyatakan dalam watt (W).

Total power output (watts)

Intensitas = _________________________

ERA pada transducer (cm²)

Umumnya intensitas untuk terapi ultra sonik ini berkisar antara 0 s.d 5 W/cm². namun yang sering di pergunakan dalam klinik berkisar antara 0,5 s.d 2 W/cm². agar diperhatikan bahwa pemberian ultra sonik dengan intensitas tinggi dapat mengakibatkan terjadinya unstable cavitation ataupun mikrotrauma jaringan.

e. Efek fisiologik dari ultra sonik termal dan implikasi klinisnya

Efek fisiologi

· Meningkatkan extensibilitas colagen dari tendon, kapsul sendi dan scar tissue

· Meningkatkan konduksi syaraf motor maupun sensor dengan meningkatkan ambang rangsang rasa nyeri

· Mempengaruhi aktivitas kontraktil otot rangka, mengurangi aktivitas muscle spindle, mengurangi spasme otot yang secara sekunder menyebabkan nyeri

· Meningkatkan aliran darah

f. Efek fisiologik US non thermal ultrasonik

Efek non thermal ultrasonik terjadi dari gelombang suara berpulsa. Efek ini akan meningkat sejalan dengan peningkatan frekwensi (M Hz) dan intensitasnya.

Umumnya pulsa gelombang ini memiliki rasio 1 : 4 (20%), 1 : 1 (50%), 1 : 9 (10%). Sehingga pemberian ultra sonik berpulsa selama 5 menit dengan rasio 1 : 4 berarti bahwa pasien akan menerima gelombang ultra sonik selama 1¼. efek non thermal ultra sonik di hasilkan oleh vibrasi mekanik menghasilkan :

1) acoustic streming, yakni arus tak langsung yang terjadi pada membran sel

2) cavitation, ada dua macam (a) stable cavitation (b) unstable atau trensient cavitation

3) micromassage, merupakan gerakan oscilator dari sel dan jaringan.

Sehingga efek non termal ultra sonik dapat mengurangi oedem, nyeri dan spasme otot, memperbaiki aliran darah serta menginduksi perbaikan non union bone, regenerasi jaringan dan perbaikan jaringan lunak.

g. Efek fisiologik dari ultra sonik non termal dan implikasi klinisnya :

- menstimulasi pelepasan histamin dari sel mast oleh adanya degranulasi

- stimulasi pelepasan serotonin dari sel darah

- stimulasi pelepasan chemotactic agents dan growth factor dari makrofag

- stimulasi pembentukan kapiler darah baru oleh sel-sel endotel

- stimulasi fibroblast untuk meningkatkan sintetis protein

- meningkatkan kandungan kolagen

- meningkatkan velositas konduksi saraf motor dan sensor yang akan meningkatkan ambang nyeri

h. Implikasi klinik

- mempercepat penyembuhan luka dengan percepatan fase awal peradangan

- mempercepat penyembuhan luka dengan percepatan fase akhir peradangan

- mempercepat penyusutan luka akibat kurangnya pembentukan scar tissue

- mempercepat penyembuhan luka dengan perbaikan sirkulasi yang memerlukan sintetis colagen

- mempercepat penyembuhan dengan memproduk kolagen yang hilang

- meningkatkan daya lentur jaringan

- mengurangi nyeri

i. Indikasi

1) Kondisi peradangan sub akut dan khronik

2) Kondisi traumatik sub akut dan khronik

3) Adanya jaringan parut atau scar tissue pada kulit sehabis luka operasi atau luka bakar

4) Kondisi ketegangan, pemendekan dan perlengketan jaringan lunak (otot, tendon dan ligamentum )

5) Kondisi inflamasi khronik

j. Kontra indikasi

Merupakan kontra indikasi terhadap terapi ultra sonik antara lain :

1) penyakit jantung atau penderita dengan alat pacu jantung

2) kehamilan, khususnya pada daerah uterus

3) jaringan lembut : mata, testis, ovarium, otak

4) jaringan yang baru sembuh atau jaringan granulasi baru

5) pasien dengan gangguan sensasi

6) tanda-tanda keganasan atau tumor malignan

7) insufisiensi sirkulasi darah : thrombosis, thromboplebitis atau occlisive occular disease

8) infeksi akut

9) daerah epiphysis untuk anak-anak dan dewas

Comments

Popular posts from this blog

WRIST JOINT

Wrist adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Pada dasarnya sendi wrist mempunyai dua derajat kebebasan yaitu parmal-dorsal fleksi serta radial dan ulnar deviasi. Pergelangan tangan, tangan dan jari-jari tangan tersusun dalam kesatuan fungsi yang kompleks. Tangan mempunyai kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan halus (hine movement) yang terkoordinir dan otomatis. Banyak orang yang menggantungkan produktivitas pada kemampuan fungsi tangan yang tiada batasnya. Dalam melakukan aktivitas ditunjang oleh stabilitas dan gerakan dasar dari bahu dan siku. Untuk melakukan gerakan sendi ini juga diperlukan antara lain otot- otot yang membantu menggerakkan pergelangan tangan dan jari-jari, ligament-ligament yang ada di sekitar sendi yang merupakan penghubung kedua buah tulang atau lebih sehingga tulang menjadi kuat untuk melaku kan sebuah gerakan , dan yang terakhir adalah persyarafan yang berperan me nggerakkan otot-otot pada pergelangan tangan sehingga dapat menghasilka

Anatomi Otot-Otot Pengunyah

SUMBER : infofisioterapi.com Perjalanan M. masseter dari arcus zygomaticus ka angulus mandibulae dapat dipalpasi dengan mudah melalui kulit. Pada saat merapatkan gigi, M. temporalis dapat diraba di fossa temporalis. M. Pterygoideus medialis berinsertio pada permukaan dalam angulus mandibulae. M. pterygoideus lateralis berjalan kea rah dalam dari articulatio temporomandibularis. 1. Otot : M. Temporalis Nervus : Nn. Temporales profundi (N. mandibularis (V/3) Origo : Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis Insertio : Apex dan permukaan medial proc. Coronoideuss mandibulae Fungsi : Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula 2. Otot : M. masseter Nervus : N. massetericus (N. mandibularis (V/3) Origo : - Pars superficialis: 2/3 anterior margo inferior arcus zygomaticus - Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam arcus zygomaticus Insertio : - Pars superficialis : angulus mandibulae, tuberositas masseterica - Pars profu

NASO PHARINGEAL SUCTION

Pengertian Suatu cara untuk mengeluarkan secret dari saluran nafas dengan menggunakan suction kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut kedalam pharyng atau trachea. Tujuan 1. Untuk memelihara saluran nafas tetap bersih. 2. Untuk mengeluarkan secret dari pasien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri. Prosedur Persiapan Alat 1. Periksa peralatan suction, tekanan negative untuk penghisap berfungsi baik. 2. Periksa botol regulator, tube penghubung. 3. Siapkan oksigen. 4. Periksa peralatan suction, tekanan negative untuk Siapkan air yang dimasak untuk membersihkan ujung suction. 5. Siapkan suction kateter yang steril, pergunakan ukuran yang sesuai. Persiapan Pasien 1. Minta pasien untuk puasa 2 jam sebelum suction dilakukan, kecuali ada hal-hal yang khusus, pasien dapat minum air putih. 2. Berikan informasi kepada pasien/ keluarganya tentang yang akan terjadi dan yang akan dirasakan pasien. 3. Letakkan pasien dalam posisi tudur telentang/ miring dengan leher agak sedikit ekst