Skip to main content

"Isometric Back Exercise" Sebagai Terapi Latihan Pada Spondylosis


Secara klinis spondylosis sering tergabung dengan istilah spinal syndrome, yang sebenarnya istilah ini masih mempunyai pengertian secara luas karena menyangkut sind rom yang sering memberikan gejala yang kurang spesifik. Beberapa ahli secara klinis membagi jenis dasar atau tipe dari spinal syndrome, sebagai berikut :

  • Vertebrae syndrome Sindrom ini terjadi karena kelainan atau gangguan pada segmen lokal dari struktur   vertebrae itu sendiri, sehingga secara patologis akan menimbulkan perubahan struktur jaringan lunak disekitarnya (otot, tendon, ligament, dan periosteum). Kondisi tersebut di atas sering didapat pada kelainan postural. Misalnya ; skoliosis, kiposis, lordosis. 

  • Spondylogenic syndrome Merupakan akibat dari iritasi atau kontak columna vertebralis dengan akar syaraf spinalis serta pembuluh darah disekitarnya. Oari keadaan tersebut di atas menimbulkan spasme otot, gangguan (instabil) dan nyeri yang sifatnya lokal, regional, ra.dikuler, dan bisa pseudokuler .

  • Compression syndrome Kelainan ini merupakan spondylogenic syndrome yang sudah jelas penyebabnya, yaitu karena adanya penekanan pada nervus spinalis disekitarnya sehingga menyebabkan gejala nyeri yang spesifik (radikuler sindrom) yang penyebarannya sesuai dengan distribusi saraf yang tertekan 

  • Stenosis canalis verlebralis Stenosis ini sering terjadi pada vertebrae lumbalis sebagai akibat dari proses degenerasi terutama struktur sendi-sendi facet pada vertebrae. Gejala klinis dari kondisi ini akan ditandai adanya : nyeri yang tajam dan kram pada tungkai saat melakukan aktifitas yang sedemikian rupa sehingga menggeser atau merubah struktur vertebrae lumbalis. Secara klinis keadaan ini sering disebut dengan spondylosis .

Dari uraian di atas sangat sulit untuk memastikan spondylosis yang sebenarnya, mengingat tanda dan gejala yang hampir sama dilihat dari keluhan yang sifatnya subyektif. Apabila ingin melakukan intervensi terapi latihan pada kondisi spondylosis, maka perlu melakukan kajian yang mendasar sehingga problematic dapat diinterpretasikan lebih jelas.

Dilihat aspek biomekanik, maka aktifitas sehari-hari atau kebiasaan yang kurang baik akan memacu kerja otot-otot postural sehingga menimbulkan spasme dan nyeri akibat rangsangan gama motor neuron. Nociceptive stimulus diterima oleh serabut afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi beberapa otot akibat spinal motor reflex. Nociceptive stimulus ini dapat dijumpai dibeberapa tempat seperti kuiit, visceral organ bahkan otot sendiri. Kontraksi otot tadi dapat meningkatkan rasa sakit,melalui stimulasi niciceptor di dalam otot dan tendon. Makin sering dan kuat nociceptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek aktifitas terhadap otot-otot tersebut. Hal ini akan meningkatkan rasa sakitnya, sehingga menimbulkan keadaan viscous circle, kondisi ini akan diperburukJagi dengan adanya ischemia local, sebagai akibat dari kontraksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari diregulasi system simpatik.  

Konsep isometric back exercise
Metode bugnet
Isometric exercise pada prinsipnya merupakan bentuk latihan yang memandang bahwa otot-otot yang lemah dipandang sebagai satu kesatuan neuromuscular secara totalitas. Disamping itu, bahwa yang dilatih yang mengalami spas me dan nyeri serta gangguan mobilitas. Tujuan latihan ini dikaitkan dengan pengurangan gejala atau keluhan subyektif yaitu nyeri dan spasme. Manfaatnya memperbaiki mobilitas dan stabilitas struktur sendi vertebrae. Sifat latihan dimulai dari kontraksi static secara general dengan posisi yang telah terkoreksi, sehingga memungkinkan semua otot berkontraksi secara general. Kemudian pada saat bersamaan otot yang lemah diberikan manual muscular stimulasi untuk mendapatkan luapan impuls dari otot yang kuat yang telah berkontraksi secara general. Oari stimulasi tadi akan didapatkan reaksi spontan berupa kontraksi (penguatan) dan gerakan (penguluran) pad a struktur local atau otot-otot postural yang dirangsang. Sebagai hasil kontraksi dipertahankan 6-8 detik kemudian rileks, gerakan ini akan diikuti interval relaksasi secara spontan, sehingga nyeri akan berkurang dan mobilitas lebih memungkinkan terjadi. Ourasi kontraksi setelah 8 detik juga dapat memberikan relaksasi otot sehingga penguluran berikutnya diberikan lebih lanjut.

Contoh:
Latihan posisi simetris dengan tidur telentang
Tujuan : penguatan otot abdominal dan pengulumn otot erector spine lumbal
Pelaksanaan
- Posisi pasien tidur terlentang Koreksi dasar : kedua tungkai mendorong ke arah distal dan kedua lengan menarik pegangan kearah proksimal dengan posisi scapula retraksi dan pelvic retrofleksi.
- Aksi pasien, mempertahankan posisi melawan tahanan yang diberikan atau merespon manipulasi muskuler yang diberikan fisioterapis
- Fisioterapis memberikan aba-aba dan membetulkan posisi sesuai dengan koreksi postur yang diharapkan. Selanjutnya fisioterapis memberikan manipulasi muskuler pada otot yang lemah untuk diperkuat atau pada otot yang kontraktur untuk di ulur.



-Keterangan gambar : latihan tersebut di atas terutama ditujukan untuk melatih stabilitas daerah vertebrae lumbal melalui penguatan otot perut dan penguliran otot instrinsik postural vertebrallumbal Pasien tidur terlentang di atas papan yang keras dengan lutut ditekuk 90 derajat Pasien mengangkat pelvic dan menahan selama kurang lebih 10 detik Gerakan ini dapat diulang sampai 10 kali dengan variasi kedua lengan lurus sejajar dengan lutut atau kedua lengan membentang kearah proksimal kepala

Metode latihan isometric akan memberikan hasil yang lebih baik apabila diberikan sesuai dengan kebutuhan dan capabilitas, serta yang tidak kalah penting memberikan edukasi pada pasien tentang ; bagaimana posisi yang baik pada waktu berdiri, duduk, mengangkat dan membungkuk, tidur, dan latihan yang bersifat rileksasi. Metode latihan simetris dapat pula ditujukan untuk koreksi postur dengan memberikan teknik-teknik manual muscular atau tahanan bertahap-tahap pada regio tertentu yang hendak dikoreksi. Isometric back exercise sebagai metode terapi latihan pada spondylosis \ dapat dilaksanakan dengan beberapa modifikasi : • Latihan pada posisi tidur terlentang dengan pola latihan simetris/asimetris



• Latihan pada posisi tidur tengkurap dengan beberapa teknik manual


• Latihan-Iatihan yang pada prinsipnya membantu stabilitas punggung serta mobilisasi yang memelihara sendi facet



 

- Metode abdominal isometric (partial sit up) Tujuan penguatan otot abdominal den sekaliqus membantu penguluran otot erector spine lumbal
Pelaksanaan : (bersambung)

Comments

Popular posts from this blog

WRIST JOINT

Wrist adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Pada dasarnya sendi wrist mempunyai dua derajat kebebasan yaitu parmal-dorsal fleksi serta radial dan ulnar deviasi. Pergelangan tangan, tangan dan jari-jari tangan tersusun dalam kesatuan fungsi yang kompleks. Tangan mempunyai kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan halus (hine movement) yang terkoordinir dan otomatis. Banyak orang yang menggantungkan produktivitas pada kemampuan fungsi tangan yang tiada batasnya. Dalam melakukan aktivitas ditunjang oleh stabilitas dan gerakan dasar dari bahu dan siku. Untuk melakukan gerakan sendi ini juga diperlukan antara lain otot- otot yang membantu menggerakkan pergelangan tangan dan jari-jari, ligament-ligament yang ada di sekitar sendi yang merupakan penghubung kedua buah tulang atau lebih sehingga tulang menjadi kuat untuk melaku kan sebuah gerakan , dan yang terakhir adalah persyarafan yang berperan me nggerakkan otot-otot pada pergelangan tangan sehingga dapat menghasilka

Anatomi Otot-Otot Pengunyah

SUMBER : infofisioterapi.com Perjalanan M. masseter dari arcus zygomaticus ka angulus mandibulae dapat dipalpasi dengan mudah melalui kulit. Pada saat merapatkan gigi, M. temporalis dapat diraba di fossa temporalis. M. Pterygoideus medialis berinsertio pada permukaan dalam angulus mandibulae. M. pterygoideus lateralis berjalan kea rah dalam dari articulatio temporomandibularis. 1. Otot : M. Temporalis Nervus : Nn. Temporales profundi (N. mandibularis (V/3) Origo : Os temporal di bawah linea temporalis inferior, lapisan dalam fascia temporalis Insertio : Apex dan permukaan medial proc. Coronoideuss mandibulae Fungsi : Serabut anterior menutup mulut, serabut posterior menarik mandibula 2. Otot : M. masseter Nervus : N. massetericus (N. mandibularis (V/3) Origo : - Pars superficialis: 2/3 anterior margo inferior arcus zygomaticus - Pars profunda: sepertiga posterior permukaan dalam arcus zygomaticus Insertio : - Pars superficialis : angulus mandibulae, tuberositas masseterica - Pars profu

NASO PHARINGEAL SUCTION

Pengertian Suatu cara untuk mengeluarkan secret dari saluran nafas dengan menggunakan suction kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut kedalam pharyng atau trachea. Tujuan 1. Untuk memelihara saluran nafas tetap bersih. 2. Untuk mengeluarkan secret dari pasien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri. Prosedur Persiapan Alat 1. Periksa peralatan suction, tekanan negative untuk penghisap berfungsi baik. 2. Periksa botol regulator, tube penghubung. 3. Siapkan oksigen. 4. Periksa peralatan suction, tekanan negative untuk Siapkan air yang dimasak untuk membersihkan ujung suction. 5. Siapkan suction kateter yang steril, pergunakan ukuran yang sesuai. Persiapan Pasien 1. Minta pasien untuk puasa 2 jam sebelum suction dilakukan, kecuali ada hal-hal yang khusus, pasien dapat minum air putih. 2. Berikan informasi kepada pasien/ keluarganya tentang yang akan terjadi dan yang akan dirasakan pasien. 3. Letakkan pasien dalam posisi tudur telentang/ miring dengan leher agak sedikit ekst